Friday, November 6, 2009

Meninjau Ulang Product Management


Product management di era legacy sangat erat hubungannya dengan bagaimana pemasar mewujudkan ide menjadi produk yang siap dipasarkan. Dalam hal ini minimal ada tiga tahapan yang harus dilalui yakni melakukan scoping and building business case, development and testing, dan terakhir ditutup dengan product launching.


Sebagai tahapan pertama, scoping and building business case bertujuan untuk menilai dan mengukur aspek keuangan, aspek penerimaan pasar, aspek operasional teknik mewujudkan ide menjadi produk nyata, dan faktor-faktor lain yang berpotensi meningkatkan atau menurunkan tingkat kesuksesan produk di pasar. Secara tradisional, aktivitas utama dalam tahapan ini adalah melakukan riset primer (dengan metode interview dan focus group discussion (FGD) kepada pelanggan), dan melakukan riset sekunder (studi literatur, internet, dan dokumentasi internal yang dimiliki). Output yang dihasilkan dari tahapan ini adalah keputusan diteruskan atau tidak diteruskannya ide pengembangan produk baru ke tahapan yang selanjutnya. Karena di tahap ini, perusahaan menimbang banyak hal yang menyangkut tingkat penerimaan pasar, kemampuan keuangan dan teknis, dan faktor eksternal lain yang berpotensi mempengaruhi kesuksesan produk. Apabila setelah dinilai dari aspek pasar, keuangan, teknik, dan faktor eksternal semuanya positif, ide pengembangan produk baru akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya ke tahap development and testing.


Pada tahapan development dan testing, perusahaan melakukan analisa lebih dalam mengenai empat aspek di atas. Ada lab test, in-house test, alpha-test untuk memastikan aspek teknis dari produk. Sedangkan di sisi pasar dilakukan berbagai analisa pasar dan analisa terhadap input dari pelanggan yang dilakukan secara paralel dengan aktivitas pre-test, test market, dan trial-sell agar sebelum produk diluncurkan semuanya telah sempurna; produknya sempurna, jaringan distribusi (channel) juga siap, dan kebijakan penjualan beserta harganya telah jelas. Apabila salah satu aspek tidak sempurna dan produk nekat diluncurkan, dengan berbagai pertimbangan misalnya karena tidak mau kalah cepat dengan pesaing, produk kemungkinan besar akan gagal di pasar.


Yang sering ditemukan adalah produknya telah sempurna dan siap dipasarkan namun perusahaan belum selesai merancang strategi penjualan dan distribusinya. Product launching (peluncuran produk) adalah titik kulminasi dari dua proses sebelumnya, namun bukan proses terakhir menuju produk sukses. Product launching adalah awal dari proses komersialisasi produk baru yang kemudian akan dilanjutkan dengan tahapan-tahapan marketing taktis. Pada tahapan ini, manajemen minimal harus telah selesai merancang product positioning, differentiation dan brand (PDB produk), marketing-mix-nya dan taktik penjualan beserta channel management-nya.


Jika elemen tersebut telah siap, maka product launching benar-benar akan menjadi moment of truth bagi kesuksesan produk di pasar, bukan sekedar memperlihatkan dummy product seperti yang telah umum terjadi. Di dalam marketing customer, product, dan brand management sangat penting. Customer management terkait dengan bagaimana pemasar mengelola sisi permintaan. Product management terkait dengan bagaimana pemasar mengelola sisi penawaran. Brand management adalah bagaimana pemasar menjembatani keduanya. Di era New Wave, praktek dan cara kita mengelola produk tentunya tidak bisa lagi se-tradisional atau se-legacy seperti yang di atas. Karena sisi demand-nya berubah. Praktek customer management yang dilakukan oleh pemasar juga berubah, seperti yang telah dijelaskan kemarin, harus berorientasi penuh pada komunitas.


Karena praktek komunitisasi menjadi sentral dalam New Wave ini, maka pemasar harus barenginya dengan product management yang bertumpu dan mengacu pada pendekatan komunal pula. Artinya pemasar harus melibatkan komunitas pelanggan dalam proses pengelolaan produknya, sehinga dapat menghasilkan co-creation yang meaningful bagi pelanggan.


Customer Management di Era New Wave


Pengelolaan pelanggan, jika dilakukan dengan benar akan membantu pemasar dalam meningkatkan efektifitas mendapatkan pelanggan baru (Get), mempertahankan pelanggan yang telah ada (Keep), dan meningkatkan wallet share tiap pelanggan (Grow). Pada intinya, pelanggan bukan hanya harus diakuisisi, tapi dipertahankan agar dapat memberikan nilai jangka panjang. Dan bukan itu saja, pengelolaan pelanggan ini akan membantu pula untuk menghasilkan pelanggan loyal yang lebih banyak.


Di era Legacy, pengelolaan pelanggan ini bisa dilakukan secara sistematis, lewat prinsip sembilan elemen pemasaran. Untuk mendapatkan pelanggan baru yang berpotensi untuk ditingkatkan loyalitasnya (keep dan grow), sejak awal perusahaan harus menyaring secara benar para suspek yang masuk menjadi prospek yang bernilai tinggi. Dengan demikian hanya diperlukan sumber daya yang minim untuk mengubahnya menjadi pembeli pertama (first time buyer). Suspek yang masuk disaring dengan strategi Segmentasi, Targeting, dan Positioning-disingkat STP.


Tujuannya adalah agar suspek yang masuk menjadi prospek adalah suspek-suspek yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama dangan value proposition yang dimiliki produk.
Kemudian untuk menarik prospek menjadi pembeli pertama digunakan strategi diferensiasi, marketing-mix, dan selling- disingkat menjadi DMS. Diferensiasi yang mendorong prospek memilih produk kita dibandingkan produk pesaing. Diferensiasi dikongkritkan lagi dalam marketing mix yang yakni product, price, promotion dan place, harganya mau dipatok pada angka berapa, bagaimana konsep iklan below the line (BTL) dan above the line (ATL)-nya dan mau memakai saluran distribusi apa saja.


Keputusan dalam marketing mix akan menentukan kredibilitas positioning yang telah dibangun sebelumnya. Misalnya produk telah diposisikan sebagai produk yang ekslusif namun ternyata pelanggan dapat menjumpainya di sembarang channel, maka jelas kesan ekslusif yang coba dibangun dengan promosi menjadi tidak berguna.

Setelah mendapat first time buyer, tentunya perusahaan ingin mempertahankannya selama mungkin menjadi pelanggan loyal. Caranya dengan menjelaskan nilai dari brand, meningkatkan kualitas servis (Service), dan memperbaiki proses yang mendukung perbaikan servis (Process)- disingkat BSP.

Untuk mendorong first time buyer melakukan pembelian berikutnya, pelanggan harus percaya pada nilai brand (brand value). Membangun brand yang kuat berkaitan dengan usaha untuk membuat pelanggan melihat brand kita sebagai brand yang paling kredibel yang dapat memberikan solusi terbaik. Brand harus menjadi bayung yang merepresentasikan produk dan servis.

Untuk meningkatkan brand value, sebuah brand membutuhkan dukungan servis yang baik. Peningkatan nilai produk melalui servis tidak akan terjadi tanpa adanya proses yang efektif dan efisien. Proses di sini yang dimaksud adalah proses penciptaan nilai bagi pelanggan yang tergambar pada kualitas produk, biaya yang dikeluarkan dan kualitas hantaran produk kepada pelanggan atau disingkat QCD-quality, cost, delivery.

Itu semua tentunya ajaran yang sesuai dengan konsep pemasaran yang Legacy di mana pemasar dibantu oleh sistem yang ‘canggih’ seperti CRM, ERP, atau lain sebagainya. Tentunya itu semua sudah semakin tidak relevan lagi seiring dengan masuknya kita ke era New Wave.

Di dunia yang baru dan horizontal ini, kepanjangan dari CRM mungkin bukan lagi Customer Relationship Management, namun Customer Really-Managed. Karena konsumen semakin memegang kendali, mereka terhubung kemana-mana, dan lebih komunal. Sebagai mana yang akan dibahas dalam artikel selanjutnya, yang menjadi sentral dalam customer management di era New Wave ini adalah bagaimana pemasar mengelola pelanggan di komunitas mereka


Monday, August 31, 2009

Orang Bodoh VS ORang Pintar


Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis...Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.


Orang bodoh sering melakukan kesalahan,maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.


Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.


Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.


Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH).oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar, untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.


Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,sementara itu orang pintar percaya.Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.


Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkanpanjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh.


Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan,dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar 'meratap-ratap' kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskanwaktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.


Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit.Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.


Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group), adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1), tapi kemudian menjadi kaya.Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka.Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.


PERTANYAAN :

Mendingan jadi orang pintar atau orang bodoh?Pintaran mana antara orang pintar atau orang bodoh?

Mana yang lebih mulia antara orang pintar atau orang bodoh?

Mana yang lebih susah, orang pintar atau orang bodoh?


KESIMPULAN:

Jangan lama-lama jadi orang pintar,lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh..

Jadilah orang bodoh yang pintar dari pada jadi orang pintar yang bodoh..

Kata kunci nya adalah 'risiko' dan 'berusaha',karena orang bodoh berpikir pendek maka dia bilang risikonya kecil,selanjutnya dia berusaha agar risiko betul-betul kecil.

Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang risikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil risiko tersebut.Dan mengabdi pada orang bodoh...


Dimanakah posisi kitaa saat ini...


Berhentilah meratapi keadaan kita yang sekarang...Ini hanya sebuah refleksi dari semua retorika dan dinamika kehidupan.Semua pilihan dan keputusan ada di tangan kitaa untuk mengubahnya,Lalu perhatikan apa yang terjadi...


from: Mario Teguh

Thursday, June 18, 2009

Masuki Sunset, Banyak Pabrik Rokok Dijual


Langkah British American Tobacco (BAT) mengakuisisi 85 persen saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk merupakan kejutan terbesar di pasar modal tahun ini. Akibat akuisisi ini, harga saham Bentoel melonjak 60 hingga sempat menembus level tertinggi 820.




Pengamat pasar modal Recapital Securities Poltak Hotredo mengaku tak kaget dengan akuisisi saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk oleh PT British American Tobacco. Sebab industri rokok Indonesia telah memasuki fase sunset. Penyebabnya, menurut Poltak, adalah kebijakan cukai pemerintah yang semakin tinggi dan pengeluaran perusahaan untuk pembelian pita rokok. "Tidak peduli harganya, cukai akan terus naik," ujarnya.




Kendati pita dibebankan kepada konsumen, lanjutnya, perusahaan tetap harus mengeluarkan biaya untuk membeli pita. Menurut dia, penjualan perusahaan nasional kepada asing atau multinasional merupakan refleksi dari masalah yang melilit industri rokok.




Pilihan perusahaan rokok terbatas, menjual atau tak berkembang.Belum lagi perusahaan rokok nasional harus berhadapan dengan perusahaan rokok kecil yang tak membayar pajak. "Industri kecil dan menengah tak bisa diberantas karena selera lokal," ucapnya.Keadaan ini dimanfaatkan perusahaan rokok asing dan multinasional untuk mengembangkan pasarnya di Indonesia yang masih memiliki potensi dengan nilai cukai yang relatif tak tinggi bagi mereka.




Sementara pasar di negara maju semakin berkurang dengan nilai cukai yang sangat tinggi.Suramnya industri rokok juga dibenarkan Managing Director Bussiness Development Grup Rajawali, Darjoto Setyawan. Bisnis rokok, menurut Darjoto, sebenarnya masih prospektif. Sebab, penjulan kita secara nasional bisa mencapai 260 miliar batang. "Tetapi, ada tantangan yakni perubahan sistem cukai, kenaikan cukai, pajak daerah, dan rencana larangan iklan di media elektronik serta cetak karena alasan kesehatan," ujar Darjoto kemarin.




Tuesday, June 9, 2009

Kasus Prita dan Teknologi Marketing 2.0


Di dunia maya, kata kunci ”prita mulyasari” dan ”rs omni” kini sedang populer di mesin pencari. Kasus keluhan konsumen lewat e-mail pribadi itu memang memilukan yang berujung pada penahanan Prita Mulyasari. Terlepas siapa yang paling benar, dari pengalaman ini, tak ada pihak yang diuntungkan.


Prita Mulyasari (32), seperti terlihat di televisi, terguncang akibat penahanan ini. Pihak rumah sakit, di mata mesin pencari seperti Google dan Yahoo!, gugatan untuk menegakkan nama baik itu berbalik 180 derajat dari harapan.


Buka saja Google dan masukkan kata kunci ”rumah sakit omni internasional”. Hitung berapa komentar positif dan komentar negatif di situ.


Google sebagai mesin pencari favorit telah mengindeks ribuan dan mungkin nanti bisa jutaan kecaman. Tak ada harapan bisa memulihkan kecaman itu menjadi pujian. Mesin pencari akan abadi menyimpan arsip itu.


Jadi, selamat datang di dunia marketing 2.0. Kasus ini mengindikasikan, publik Indonesia ternyata melek internet dan siap menyongsong era baru. Suka atau tidak, bahasa baru marketing telah datang dan efektif bekerja.


Dimotori para netter dan anggota situs jejaring sosial, terutama Facebook, tampak nyata sifat dari marketing 2.0. Jeritan satu e-mail itu berkumandang di jutaan komentar dukungan pada Prita. RS Omni Internasional yang tak aktif di dunia jejaring sosial diasosiasikan sebagai ”orang luar”.


Teknologi marketing tak lagi menggunakan media konvensional. Marketing 2.0 justru bertumpu pada basis ”dari mulut ke mulut”.


Pemerhati marketing 2.0, Paul Beelen (http://www.paulbeelen.com/), mengingatkan, tradisi word of mouth ini lebih berkuasa karena didukung para netter.


Mulut yang dimaksud adalah teknologi web atau menurut istilah pakar internet, Tim O’Reilly, sebagai web 2.0 yang merupakan generasi terbaru teknologi web interaktif seperti situs jejaring sosial, blog, RSS, dan lain-lain.


Kini, paradigma baru bukan lagi publikasi dari perusahaan, melainkan partisipasi publik. Jutaan orang merelakan waktu berjam-jam nongkrong di situs jejaring sosial untuk berbagi.
Data Nielsen NetView April 2009 menyebutkan, waktu yang dibutuhkan bersosialisasi di jejaring sosial nomor satu, Facebook, naik 700 persen dibandingkan dengan April tahun lalu. Twitter yang tahun lalu traffic-nya nomor lima setelah Facebook, MySpace, Blogger, dan Tagged, waktu yang dihabiskan user naik fantastis 3.712 persen daripada tahun lalu.


Ruang ”web”


Marketing 2.0 tak lagi menonjolkan iklan konvensional di publicsphere yang strategis, melainkan penetrasi websphere pada situs web dengan traffic tinggi. Tak hanya mengandalkan pembuat naskah iklan, melainkan pakar-pakar SEO atau Search Engine Optimization ulung.


Ahli marketing 2.0, Don Thorson, lewat situs donthorson.com menekankan materi iklan tak lagi sentralistik dari manajemen yang disaring humas ke konsumen. Materi marketing 2.0 beragam, bisa berasal dari siapa pun.


Humas tak punya kontrol atas iklan yang beredar. Memilukan jika sampai ada materi buruk beredar. Namun, begitulah semangat berbagi, mereka akan membicarakan baik-buruknya layanan produk yang ada.


Di era marketing 2.0, perusahaan tak bisa menghentikan konsumen membicarakan produknya. Menyakitkan memang, tetapi justru dari sini banyak peluang terbentang.
Jika mau berpartisipasi, strategi ini bisa mudah digunakan. Pesan bisa tersebar layaknya virus, inilah viral marketing yang telah membuat banyak perusahaan melek internet berjaya.


Lari ke internet


Sejak dulu para netter punya tradisi berbagi pengalaman pribadi atau mengulas produk. Ulasan atau komentar positif memang diyakini lebih efektif daripada iklan komersial.


Banyak orang terbantu dengan tulisan atau review orang lain. Membaca komentar orang lain sebelum membeli laptop kini sudah menjadi kebiasaan kita.


Orang-orang juga lari ke internet mencari segala sesuatu, misal terkait kesehatan. Konsumen makin pintar dan punya informasi yang dia peroleh dari membaca ulasan orang lain.
Jika komunikasi dokter bermasalah, ini bisa memicu iklan buruk dan siap-siap saja menuai komentar negatif.


Yakinlah, gugatan terhadap komentar negatif tak akan efektif memadamkan ”bola api liar” di internet.


Lalu, apa solusinya? Tak ada cara lain kecuali dengarkan dan berkomunikasilah. Bagaimana jika tak berhasil? Ingat kata dokter: lipat gandakan dosisnya.


Thursday, May 28, 2009

Wednesday, April 8, 2009

Aku Meminta, Tuhan Menjawab




Aku meminta kepada Tuhan untk menyingkirkan penderitaanku. Tuhan menjawab tidak. Itu bukan untuk Ku singkirkan, tetapi agar engkau mengalahkanya.

Aku meminta kepada Tuhan untuk menghadiahkanku kesabaran. Tuhan menjawab tidak. Kesabaran adalah hasil dari kesulitan, itu tidak di hadiahkan, itu di pelajari.

Aku meminta kepada Tuhan untuk memberiku kebahagiaan. Tuhan menjawab tidak. Aku memberimu berkat. Kebahagiaan adalah tergantung padamu.

Aku meminta kepada Tuhan untuk menjauhkan penderitaan. Tuhan menjawab tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat kepadaKu.

Aku meminta kepada Tuhan untuk menumbuhkan Rohku. Tuhan menjawab tidak. Kau harus menumbukannya sendiri, tetapi Aku akan memangkas untuk membuatmu berbuah.

Aku meminta kepada Tuhan segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup. Tuhan menjawab tidak. Aku akan memberimu hidup sehingga kau dapat menikmati segala hal.

Aku meminta kepada Tuhan membantuku mengasihi orang lain seperti Ia mengasihiku. Tuhan menjawab, ah anak-KU akhirnya kau mengerti.


Saturday, March 21, 2009

Tuesday, March 10, 2009

Non Smoking Shirt Design







Semua kaos tersedia dalam ukuran s, m, l (men /women)
dengan bahan combat
berminat? hubungi sms 081 21726334, email: yosie_its@yahoo.com atau chat box.




Thursday, February 12, 2009

Seto Mulyadi: Semua Iklan Rokok Harus Distop

Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi mengatakan seluruh promosi dan iklan yang menjelaskan wujud rokok harus dihentikan. Sebab, berisi ajakan yang merugikan kepada anak yang secara langsung menjadi perokok generasi selanjutnya.
"Bentuk iklan dan promosi baik memperlihatkan atau tidak harus distop tanpa terkecuali," kata Seto ketika ditemui jelang sidang judicial review soal iklan rokok di Mahkamah Konstitusi Jakarta, Rabu (11/2).

Seto mengatakan, saat ini hampir 25 persen seseorang usia 13-15 tahun adalah perokok. Bahkan, 3,2 persen diantaranya adalah perokok aktif. Selain itu, tahun 2001 sebanyak 0,4 persen anak-anak usia 5-9 tahun telah menjadi perokok. Angka itu meningkat tiga tahun kemudian menjadi 1,4 persen.

"Angka ini memperlihatkan peningkatan yang tinggi dimana jumlah anaknya meningkat 100 persen lebih dalam waktu tiga tahun," tambah Seto.
Regulasi pelarangan rokok, lanjut Seto, harus segera dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat sejalan dengan pelarangan iklan rokok jika nanti diberlakukan. Mengenai sanksi jika tetap ada yang memasang iklan berbau rokok, menurut Seto diserahkan secara yuridis yang diatur pemerintah.

"Pastinya kita tidak ingin anak-anak, terlebih yang umurnya 12 sampai 15 mulai menjadi perokok aktif akibat terbujuk rayuan rokok yang hanya merupakan keuntungan perusahaan rokok saja," jelasnya.

http://www.kompas.com/

Wednesday, January 28, 2009

Iklan Rokok Harus Ikut Dilarang !!!

Tindak lanjut fatwa haram merokok bagi anak-anak, wanita hamil, ulama, dan di tempat umum yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus diikuti dengan larangan terhadap iklan rokok. Pasalnya, iklan rokok memiliki efektivitas yang tinggi untuk membujuk masyarakat, terutama anak-anak, untuk merokok.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), seperti disampaikan Sekjen Arist Merdeka Sirait, mendesak pemerintah pusat untuk segera melarang segala bentuk iklan, promosi maupun sponsor rokok. "Iklan memang strategi yang paling luar biasa untuk memengaruhi anak. Ketika iklan dihentikan tidak akan merugikan industri kok. Yang jelas, itu bisa mengundang anak merokok. Malaysia dan Thailand sudah membuktikannya kok," ujar Arist dalam pernyataan sikap Komnas Anak di Jakarta

Koordinator Litigasi/Wakil Ketua Komnas Anak Muhammad Joni membenarkan pendapat Arist mengenai efektivitas iklan rokok bagi pola rokok anak-anak dan remaja. Menurut riset yang dikembangkan Komnas Anak bersama dengan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka pada tahun 2007, sekitar 99,7 persen remaja yang merokok melihat iklan rokok di televisi, 86,7 persen melihat iklan rokok di media luar ruang, 76,2 persen melihat iklan rokok di koran dan majalah, serta 81 persen pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.

Sementara itu, 46,3 persen remaja berpendapat iklan rokok berpengaruh besar terhadap keputusan untuk mulai merokok dan 41,5 persen berpendapat keterlibatan dalam kegiatan yang disponsori rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok. "Jadi ada pembuktian akademik. Iklan mendorong anak merokok, berinisiasi, dan kemudian berpengaruh terhadap loyalitas anak terhadap rokok," ujar Joni.


Tuesday, January 20, 2009

Menciptakan "Obama" di Indonesia


Apa yang harus dilakukan kaum muda dan mahasiswa Indonesia jika suatu saat nanti tampil menjadi pemimpin bangsa, seperti Barack Obama? Kuncinya satu: aktiflah dalam kegiatan kemahasiswaan dan kemasyarakatan seperti yang pernah dilakukan Obama. Akan lebih baik jika calon pemimpin Indonesia, seperti halnya Obama, punya kepekaan lintas-budaya dan budaya lokal.Pendapat ini dikemukakan Prof Dr Bernadette N Setiadi (60), mantan Rektor Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.


Pidatonya, ”Relevansi Psikologi Lintas-Budaya dalam Memahami Kepemimpinan Global”, relevan dengan situasi dunia yang baru menyaksikan kemenangan Obama sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) dan situasi Indonesia yang tahun depan menyelenggarakan pemilu legislatif dan presiden.”Obama itu unggul karena muda, inspiratif, dan pernah terekspos pada budaya lain sehingga ia punya kepekaan terhadap kesulitan masyarakat di negara berkembang. Perspektifnya menjadi lebih kaya,” ujarnya.


Membandingkan AS dengan Indonesia memang kurang adil, katanya, karena kelas menengah di AS jumlahnya amat besar dan sistem demokrasinya jalan.”Indonesia pada zaman Soekarno, rasa menjadi satu bangsa amat kental. Walaupun kita miskin, tapi bangga menjadi orang Indonesia. Sekarang justru set back karena kita tak mengikuti perkembangan zaman dan pengetahuan. Aturan tak tertulis masih sering mengemuka bahwa untuk jadi gubernur atau bupati harus putra daerah, padahal harusnya kompetensi yang lebih penting.”


Bernadette tertarik masalah kepemimpinan secara umum, bukan hanya korporat. Karena itu, dia mencoba mencari jawaban mengapa hanya sedikit kaum muda dan sarjana Indonesia yang tampil menjadi pemimpin. Jawabnya, sistem pendidikan dan budaya kolektivisme kita tidak mendidik kaum muda kota untuk percaya diri.”Ia banyak mewawancarai tokoh-tokoh yang berhasil. Mereka umumnya tidak terlalu tinggi capaian akademiknya, tetapi aktif di kemahasiswaan sehingga memiliki kemampuan dalam persuasi dan keterampilan sosial.”


Harusnya 10-15 persen mahasiswa kita nantinya bisa menjadi pemimpin jika sistem pendidikan kita sengaja dirancang agar siswa dan mahasiswa tidak hanya melulu belajar saja.”

Bernadette menyatakan, masyarakat dengan power distance yang tinggi menganggap wajar bahwa mereka yang memiliki status tinggi memiliki kekuasaan lebih besar dibandingkan orang dengan status rendah. Sebuah negara kolektivis dengan power distance tinggi, seperti Indonesia, ditandai kecenderungan untuk berorientasi pada pemegang kekuasaan dan relasi yang sifatnya hierarkis.


Kecenderungan ini menyebabkan individu yang dibesarkan pada budaya seperti itu menjadi takut untuk mengambil keputusan yang berbeda dari keinginan kelompok-dalamnya (in-group). Oleh karena itu, jauh lebih sulit bagi seorang pemimpin dalam budaya kolektivistik untuk melakukan tindakan yang benar tetapi tidak populer.Soeharto yang oleh sebuah parpol disandingkan dengan banyak pahlawan nasional dan guru bangsa, menurut Bernadette, dalam dua-tiga Pelita pertama memang dapat mendorong kemajuan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan dimensi power distance yang tinggi ini.Hanya, sayangnya, dalam perkembangan lebih lanjut, budaya kolektivisme dengan power distance tinggi ini tidak disikapi dengan tepat sehingga keputusan yang diambil cenderung memprioritaskan kelompok-dalamnya saja, dan bukan kepentingan bersama yang mengatasi batas-batas kepentingan kelompoknya sendiri.


Tokoh seperti Obama, menurut dia, selain memiliki visi jauh ke depan dan sangat inspiratif, juga memiliki dua kualitas lain yang menentukan apakah orang-orang yang dipimpinnya mau memercayai dan mau mengikutinya. Ia memiliki integritas serta nilai menghargai martabat manusia dan nilai mendahulukan kepentingan yang lebih besar.


Friday, January 16, 2009

Obama, The First Wired President


SEJAK belum dikenal banyak orang hingga menjadi presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Obama telah menggunakan internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan warga Amerika.


Tentu saja situs-situs sinergi yang dapat digunakan secara interaktif selama kampanye berkat tim website Obama dapat membantu warga AMerika untuk memberikan banyak masukan bagi presiden barunya. Obama sendiri dapat dikatakan telah memotong jalur komunikasi, tidak seperti yang terjadi pada media tradisional.


"Inilah saatnya demokrasi kembali bangkitnya," ujar Andrew Rasiej, pendiri Forum Demokrat dan Blog techPresident. "(Obama) berpontesi besar mentransformasikan hubungan antara warga Amerika dan kehidupan demokrasi."


Selama Obama kampanye setidaknya beberapa situs jaringan patut diberi penghargaan seperti Facebook, MySpace dan MyBarackObama.com. Situs-situs menyampaikan agenda kegiatan, penggalangan dana, dan reli relawan. Facebook sendiri telah memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif dan rata-rata pengguna memiliki teman 100 dalam situs ini.


Obama memiliki lebih dari 1 juta teman di Myspace dan lebih dari 3,7 juta pendukung di halaman Facebook-nya--700.000 lebih saat dia dipilih di Bulan November. Sekitar 13 juta pendukung masuk dalam database beserta emailnya.


"Obama telah menemukan sebuah model media alternatif,' ujar analis politik senior CNN Bill Schneider. "Jaman dulu presiden bicara pada rakyat lewat televisi dan rakyat menjawabnya dalam bentuk poling. Jaman sekarang, komunikasi berlangsung online dan dua arah."

Facebook, MySpece, YouTube dan Twitter belum ada di jaman George W Bush mulai memimpin delapan tahun lalu. Namun, sejak pemilihan akhir November lalu, Obama tidak membuang waktu menggunakan komunikasi online ini. Pekan terakhir, dia juga merekam sambutannya dalam sebuah video dan menayangkannya di YouTube, sehingga ratusan juta kali dapat dilihat.



Thursday, January 15, 2009

Merokok Tingkatkan Risiko Alzheimer


Merokok sudah terbukti tidak baik untuk kesehatan. Berbagai penyakit dalam tubuh bisa dipicu kebiasaan mengisap tembakau tersebut. Bahkan, dalam penelitian terbaru, kebiasaan merokok berisiko mengidap alzheimer.


Lewat analisis yang dilakukan 24 penelitian sebelumnya, peneliti-peneliti dari Inggris menemukan bahwa merokok berisiko tinggi mengidap alzheimer dibandingkan bukan perokok. Ketika diperdalam, perokok memiliki 79 risiko lebih tinggi untuk kehilangan memori dibanding mereka yang bebas rokok.


Tak hanya itu, ada bukti yang menyatakan bahwa smokers (perokok) berisiko mengidap tipe lain dari demensia. Serta, penurunan kemampuan mental yang berhubungan dengan usia.


Intinya, dikutip Reuters Health, merokok sangat berhubungan dengan meningkatnya terjangkit alzheimer. "Dengan demikian, seharusnya orang harus menghentikan kebiasaan merokok. Bahkan, sama sekali tidak memulai merokok," ulas Dr Ruth Peters dari Imperial College London.


Peters dan rekan-rekannya yang merilis hasil penelitian itu di jurnal BMC Geriatrics menambahkan, merokok berkontribusi meningkatkan risiko demensia setara dengan pengaruh buruk rokok terhadap kesehatan jantung.


Caranya, rokok merusak pembuluh darah dan aliran darah. Seiring bertambahnya usia, hal itu (kerusakan pembuluh darah, Red) meningkatkan kerusakan jaringan otak.


Kabar baiknya, begitu seseorang berhenti merokok, risiko terjangkit alzheimer juga berkurang. "Memang masih butuh penelitian lanjutan. Namun, ada kemungkinan, risiko alzheimer merosot begitu smokers berhenti merokok," jelasnya.

Tuesday, January 13, 2009

Graduation MMWM XV 2008

Teman2 yang Kurjar.. :)
With My Wife and My Mother

Foto bareng setelah wisuda




Berubahlah !!!!


Supaya Anda siap menghadapi perubahan yang mungkin terjadi, terapkan konsep OCEAN yang diperkenalkan pakar manajemen Rhenald Kasali dalam bukunya, Change!


Opennes to experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru).
Orang yang punya cara berpikir terbuka cenderung imajinatif dan kreatif. Mereka bersifat fleksibel, menyukai keragaman, serta mengutamakan hal-hal yang sifatnya orisinil.


Conscientiousness (keterbukaan hati dan telinga).Mereka yang punya keterbukaan hati yang tinggi cenderung bergerak secara terpola, menghargai waktu, dapat diandalkan, disiplin, termotivasi, serta gigih mencapai tujuan.


Extroversion (membuka diri pada orang lain).Orang yang extrovert cenderung senang berkawan dan bekerja dalam kelompok, lugas, berenergi, percaya pada orang lain, percaya diri, dan penuh keberanian.


Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan).Dalam setiap proses perubahan, akan ada sejumlah kesepakatan yang perlu dilakukan. Poin penting dalam mencapai kesepakatan adalah sifat kooperatif, kesediaan untuk melakukan pengorbanan bagi kepentingan yang lebih utama, serta kemampuan untuk mempercayai orang lain.


Neuroticsm (keterbukaan terhadap tekanan).Orang yang sudah terlatih menghadapi tekanan biasanya tidak terlalu sensitif dan memiliki kontrol emosi yang baik.

- Jan 13th, 2009 -